Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dan kaum
muslimin di tengah kota Madinah. Pembangunannya dimulai pada bulan
Rabi’ul Awal Tahun 1 Hijriyah (September 662 M) segera setelah beliau
hijrah dari Mekah ke Madinah. Masjid Nabawi dibangun di atas tanah milik
anak yatim Sahal dan Suhail yang dibeli dengan harga 10 dinar, dan
ditambah tanah wakaf As’ad bin Zurarah serta tanah bekas makam kaum
muslimin yang rusak.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Rasulullah
SAW dan selanjutnya oleh para sahabat, yang dimulai dari Abu Bakar
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada
awalnya masjid ini hanya seluas 1.050 m2, tiang-tiang dan atapnya dibuat dari batang kurma sedangkan penerangannya dari pelepah kurma yang dibakar.
PERLUASAN
Seiring
dengan perkembangan jaman, dari waktu ke waktu Masjid Nabawi selalu
mengalami perkembangan. Pada bulan Shafar 1405 H atau Nopember 1984 M,
Raja Fahd meletakkan batu pertama proyek perluasan Masjid Nabawi yang
paling signifikan dan termegah sepanjang sejarah. Setelah tertunda
selama satu tahun, tepatnya pada bulan Muharam 1406 H atau Oktober 1985
M, proyek besar ini dimulai dengan penggusuran semua bangunan yang ada
di sekitar masjid. Penggusuran pertama meliputi sekitar 100.000 m2
berupa bangunan hotel-hotel bertingkat, pasar dan komplek pertokoan.
Kemudian di atas tanah tersebut dibangun masjid baru seluas 82.000 m2 yang mengitari dan menyatu dengan masjid yang sudah ada. Dengan tambahan bangunan baru ini, luas lantai dasar Masjid Nabawi sekitar 98.000 m2 yang dapat menampung 167.000 jemaah. Sedangkan lantai atas dapat digunakan untuk sholat seluas 67.000 m2
yang dapat menampung 90.000 jemaah. Apabila halaman masjid dipenuhi
jamaah sholat, maka Masjid Nabawi dan halamannya dapat menampung 650.000
jemaah pada musim biasa (low season) dan lebih dari 1.000.000 jemaah
pada musim haji atau bulan ramadhan (high season). Pada saat ini halaman
Masjid Nabawi sebanding dengan kota Madinah ketika kehadiran pertama
Rasulullah SAW.
FASILITAS
Sebagai
masjid termegah, Masjid Nabawi mempunyai fasilitas lengkap yang tidak
dimiliki masjid lain. Fasilitas yang ada pada masjid ini juga merupakan
cirri khas dan keistimewaan Masjid Nabawi disbanding dengan masjid
manapun. Diantara keistimewaan tersebut adalah :
(1) KUBAH.
Untuk pengaturan udara dalam bangunan yang begitu besar dan luas,
dibuat 27 ruang terbuka dengan ukuran masing-masing 18 x 18 m. Sebagai
atapnya dibuat kubah yang bisa dibuka dan ditutup secara elektronik dan
juga dapat secara manual. Setiap kubah memiliki berat 80 ton yang
terbuat dari kerangka baja dan beton yang dilapisi kayu pilihan dengan
hiasan relief yang bertatahkan batu mulia sejenis phirus yang sangat
indah, sedangkan bagian luar atasnya dilapisi dengan keramik tahan
panas.
(2) AC RAKSASA. Untuk menyejukkan masjid dibangun satu unit AC sentral raksasa di atas tanah seluas 70.000 m2
yang terletak 7 km sebelah barat masjid. Hawa dingin yang dihasilkan
sistem ini dialirkan melalui pipa bawah tanah dan didistribusikan ke
seluruh penjuru masjid melalui bagian bawah setiap pilar yang berjumlah
2.104 buah. Jumlah pilar pengalir udara sejuk yang fantastik tersebut
merupakan ciri khas Masjid Nabawi, karena pengaturan posisi yang rapi
dan keindahannya yang tiada tara. Pilar-pilar bundar dan tegar ini
dibuat dari beton bergaris tengah 64 cm, kamudian dilapisi marmer tebal
berwarna putih susu. Di kakinya yang kokoh itulah dipasang ventilasi
untuk mengalirkan hawa dingin. Jarak antara
satu pilar dengan pilar yang lain adalah 6 meter dan 18 meter. Tinggi
dari lantai dasar sampai lengkungan lantai atas 5,6 m dan pada batas
lengkungan itu dipajang lampu hias yang indah dan dikurung dalam sangkar
berornamen lapis emas.
(3) MENARA 104 METER. Sebelum diperluas Masjid Nabawi hanya memiliki 4 buah menara, namun pada bangunan setiap pojok masjid
yang megah ini telah didirikan menara-menara baru, sehingga semuanya
ada 6 buah, termasuk 2 menara besar yang mengapit pintu gerbang utama
‘Pintu Raja Fahd bin Abdul Aziz’. Di puncak setiap menara baru yang
berketinggian 104 meter itu terdapat ornamen bulan sabit dari bahan
perunggu yang dilapisi emas murni 24 karat dengan tinggi 7 meter dan
berat 4,5 ton. Pada ketinggian 87 meter dipasang sinar laser yang
memancarkan cahaya ke arah Mekah sejauh 50 km untuk menunjukkan arah
kiblat dinyalakan pada saat-saat tertentu (waktu sholat). Sekarang
Masjid Nabawi memiliki 10 menara yang sangat bagus dan mahal.
(4) 674 LAMPU KRISTAL. Untuk menambah penerangan dan keindahan di
dalam masjid yang lama (ruangan berpilar warna kuning pastel), dipasang
674 lampu-lampu kristal pilihan yang tidak membiaskan panas. Lampu
cantik tersebut disusun dengan kerangka dari bahan kuningan berlapis
emas berjumlah 674 buah, terdiri dari 3 macam ukuran. Yang besar
berukuran garis tengah 342 cm dengan berat 485 kg (seperti yang terdapat
di Roudloh), yang sedang berukuran garis tengah 140 cm seberat 145 kg,
dan yang kecil berukuran garis tengah 120 cm dengan berat 125 kg.
Lampu-lampu ini dipesan khusus dari Italia, produsen kristal terkenal
Eropa.
(5) 12 PAYUNG RAKSASA.
Pada bagian tengah Masjid Nabawi terdapat dua ruang terbuka yang
setiap ruang dilengkapi 6 buah payung artistik, hasil perpaduan
arsitektur modern dan teknologi canggih. Dengan dukungan dana yang tidak
sedikit lahirlah sebuah karya yang patut dibanggakan berupa 12 payung
raksasa peneduh panas yang dapat terbuka dan tertutup secara otomatis
yang diatur oleh sistem komputer. Selain itu melalui sebagian batang
tubunya dipasang AC yang secara otomatis pula memancarkan hawa dingin.
(6) BASEMENT 73.500 M2. Di bawah bangunan baru terdapat basement seluas 73.500 m2 dan tinggi 4,5 m yang dipergunakan untuk menempatkan pusat-pusat pengaturan elektronik,
mekanik, sound system, serta air conditioner. Dalam usaha untuk
keperluan darurat apabila listrik padam, disiapkan pembangkit listrik
yang terdiri dari 8 unit yang menghasilkan 2,5 MW, yaitu untuk mensuplai
listrik di seluruh bangunan masjid dan halaman sekitarnya.
(7) TEMPAT PARKIR UNTUK 4.500 MOBIL. Luas halaman Masjid Nabawi yang dipersiapkan untuk dapat digunakan sebagai areal sholat di Masjid Nabawi adalah 206.000 m2
yang diperkirakan dapat menampung 400.000 jemaah. Halaman ini berlantai
granit dan marmer putih yang didesain sedemikian rupa sehingga
menampakkan bentuk seni arsitektur Islam. Di bawah lantai ini terdapat
konstruksi raksasa, terdiri dari dua lantai bawah tanah untuk parker
seluas 292.000 m2 yang dapat menampung 4.500 mobil. Juga
terdapat beberapa fasilitas lainnya, seperti toilet sebanyak 2.500 unit,
tempat wudhu 6.800 pancuran dan tempat minum air dingin bertaburan di
560 lokasi. Untuk masuk dan keluar dari areal bawah tanah ini disediakan
jalur untuk pejalan kaki dengan tiga sistem, yaitu tangga biasa, tangga
jalan dan lift. Sedangkan untuk mobil disediakan 6 pintu yang langsung
bertemu dengan jalan-jalan raya utama seputar masjid yang berakses
langsung ke seluruh penjuru kota Madinah.
(8) TANAH TERMAHAL. Untuk
dapat memperluas masjid tersebut, pemerintah Raja Fahd harus
mengeluarkan dana yang sangat mahal, boleh jadi lebih mahal dari
bangunan-bangunan keajaiban dunia peninggalan sejarah lainnya karena
harus menggusur bangunan toko dan hotel bertingkat permanen yang sudah
berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Untuk membangun first ring road
(jalan lingkar pertama) saja terpaksa digusur ratusan gedung. Para
pemilik tanah atau gedung yang tidak mampu membangun sesuai perencanaan
kota tersebut disarankan ‘bergabung’ dengan yang mampu atau ‘tukar
tambah’ dengan lokasi baru yang berada di pinggir kota. Proyek ini telah
menyebabkan harga tanah di Madinah sangat mahal, dan dinyatakan oleh
sebuah majalah bisnis Timur Tengah sebagai tanah termahal di dunia.
Berdasarkan konversi bulan Muharam 1413 H atau Juli 1992 M harga tanah
yang berada di sebelah utara Masjid Nabawi, per meter persegi mencapai
SR 250.000 atau US$ 67.000 padahal harga tanah saat itu di kawasan elit
kota New York Amerika US$ 26.000.
TEMPAT BERNILAI SEJARAH
Selain
fasilitas-fasilitas tersebut di atas, di dalam Masjid Nabawi juga
terdapat sejumlah tempat istimewa yang bernilai sejarah. Diantaranya
ialah :
(1) PUSARA NABI MUHAMMAD SAW. Pusara Nabi Muhammad SAW terletak di sudut timur Masjid Nabawi yang dahulu dinamakan Maqshurah. Di situ dahulu
terdapat dua rumah, yaitu rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan Siti
Aisyah dan rumah Ali dengan Siti Fatimah RA. Setelah Rasulullah SAW
wafat pada tahun 11 H (632 M) rumah Nabi terbagi dua, yaitu bagian arah
kiblat (selatan) untuk makam Nabi dan yang sebelah utara untuk tempat
tinggal Siti Aisyah RA. Sejak tahun 678 H (1279 M) di atasnya dipasang
Kubah Hijau (Green Dome) sampai sekarang. Jadi persis di bawah Green Dome inilah jasad Rasulullah SAW dimakamkan. Kalau kita melihat Green Dome berarti melihat makam
Nabi. Dan tentu juga makam kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar
Shiddiq dan Umar bin Khattab RA yang dimakamkan di bawah kubah itu
berdampingan dengan makam Nabi. Maka lokasi dimana dahulu terdapat rumah
Nabi kini dijuluki ‘makam tiga manusia mulia’. Setelah masjid
diperluas, makam Nabi, Abu Bakar dan Umar dimasukkan ke dalam bangunan
masjid. Pada bangunan ini terdapat empat buah pintu, yaitu :
- Pintu di sebelah kiblat, dinamakan At-Taubah.
- Pintu di sebelah timur, dinamakan Fatimah.
- Pintu di sebelah utara, dinamakan Tahajjud.
- Pintu di sebelah barat ke Roudloh sudah ditutup.
Kalau
kita sedang berada di Roudloh dan menghadap kiblat, pusara Nabi berada
di sebelah kiri kita, yaitu bangunan persegi empat berwarna hijau tua
yang anggun berwibawa dan menebarkan bau wangi-wangian.
(2) ROUDLOH. Roudloh yaitu lokasi yang ada di dalam Masjid Nabawi, posisinya terletak antara Mimbar dan makam Nabi, yang sekarang ditandai oleh pilar-pilar
berwarna putih dengan ornamen yang khas sedangkan lantainya dilapisi
permadani wool yang sangat indah dan unik. Roudloh juga disebut Taman
Surga berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi (artinya), ‘Diantara rumahku
dan mimbarku adalah sebagian taman surga’ (Muttafaq ‘alaih).
Pengertian Roudloh sebagai taman surga pada hadits di atas terdapat beberapa pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut :
a. Bahwa
Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dan berbagai kebahagiaan di tempat itu,
karena di tempat itu dilakukan zikir dan pemujaan kepada Allah, yang
karenanya dijanjikan surga.
b. Tempat
itu kelak setelah kiamat benar-benar akan dipindahkan oleh Allah SWT ke
surga, sehingga ia menjadi bagian dari taman surga yang hakiki.
c. Orang-orang yang pernah berdoa di Roudloh akan melihatnya di surga.
Sesuai
dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa letak Roudloh adalah antara
rumah dan mimbar Nabi, maka luas Roudloh itu sekitar 22 m x 15 m, yakni
jarak antara rumah Nabi dan mimbarnya kurang lebih 22 meter dan panjang
ke belakang kurang lebih 15 meter.
Roudloh
adalah satu tempat yang maqbul untuk berdoa, karenanya tempat ini
selalu dipadati oleh jemaah. Tempat ini menjadi rebutan jemaah pria.
Jemaah wanita tidak bisa sholat wajib di Roudloh, karena seluruh shaf
diisi oleh jemaah pria. Jemaah wanita diberi kesempatan untuk sholat
sunat di Roudloh pada waktu Dhuha, dari pagi sampai menjelang sholat
zhuhur.
Di Roudloh terdapat beberapa tiang (usthuwaanah) yang penting. Tiang-tiang tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tiang
Siti Aisyah. Tiang ini yang disebut Usthuwaanah Aisyah, terletak di
tengah Roudloh, yakni tiang yang ketiga dari mimbar dan dinding makam
rasulullah SAW. Di tengah tiang ini terdapat tulisan dalam bahasa Arab :
Usthuwaanah Aisyah.
b. Tiang
taubah. Tiang ini disebut Usthuwaanah At-taubah. Tiang At-Taubah ini
terletak antara tiang Aisyah dan tiang As-Sarir (dinding makam
Rasulullah SAW). Tiang ini terkenal juga dengan tiang Abu Lubabah
(Usthuwaanah Abu Lubabah).
c. Tiang
As-Sarir (Usthuwaanah As-Sarir). As-Sarir artinya tempat tidur. Tiang
As-sarir letaknya sebelah timur (disamping) tiang At-Taubah, menempel
pada dinding makam Rasulullah SAW.
d. Tiang
Al-Haras (Usthuwaanah Al-Haras). Tiang ini menempel pada dinding makam
Rasulullah SAW sebelah utara tiang As-sarir. Tiang ini bersejarah karena
di situlah para sahabat mengawal Nabi dan menjadikan tempat itu sebagai
pos keamanan untuk keselamatan dan keamanan Rasulullah SAW, sampai
dating jaminan keamanan dari Allah SWT untuk Rasulullah SAW melalui
firman-Nya :
Artinya, ‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia’ (QS Al-Maidah : 67)
e. Tiang
Al-Wufud (Usthuwaanah Al-Wufud). Tiang ini terletak paling utara dari
tiang As-Sarir dan tiang Al-Haras. Letaknya menempel pada dinding makam
Rasulullah SAW. Tiang Al-Wufud ini asalnya adalah tempat Rasulullah
menerima tamu-tamu pentingnya, baik para petinggi Arab maupun
orang-orang mulia dan terkemuka dari para sahabat.
Semua
tiang bersejarah itu hingga kini masih tetap dipelihara dan ada pada
tempatnya. Setiap jemaah yang mengunjungi Masjid Nabawi dapat
menyaksikannya.
Selain
daripada itu, di Roudloh juga terdapat Mimbar Nabi. Mimbar Nabi ada
tiga tingkat, terbuat dari kayu yang diambil dari sebuah hutan di bagian
utara kota Madinah. Pada tahun 8 H, Rasulullah SAW memakai mimbar ini,
duduk pada bagian yang paling atas kaki beliau di tingkat kedua. Pada
waktu Abu Bakar Shiidiq RA menjadi khalifah, beliau duduk di tingkat
kedua dan kakinya di bagian yang paling bawah. Dan Umar bin Khattab RA
duduk di tingkat yang paling bawah dan kakinya menyentuh lantai. Usman
bin Affan RA meniru cara duduk Umar bin Khattab RA selama 6 tahun,
kemudian naik ke atas, duduk pada posisi duduk Nabi Muhammad SAW.
Pada
saat Mu’awiyah pergi haji beliau menambahkan beberapa tiang pada Mimbar
Rasulullah SAW itu dan yang asli diletakkan pada bagian yang paling
atas. Semuanya menjadi 9 tingkat dengan tempat duduknya. Para khalifah
berdiri pada tingkat yang ke-tujuh yaitu tingkat pertama Mimbar
Rasulullah SAW, kebiasaan ini terus berlanjut sampai terjadi kebakaran tahun 654 H / 1256 M yang sempat menyentuh mimbar ini.
Sejak
saat itu orang tidak bisa lagi duduk di tempat berkah tersebut. Sebagai
penggantinya dibuatlah mimbar oleh penguasa Yaman, Al-Muzhoffar tahun
656 H/1258 M dan pada tahun 666 H/1268 M diganti lagi dengan mimbar yang
baru yang dikirim Azh-Zhohir Bibris. Dan kemudian terjadi beberapa kali
pergantian, yaitu pada tahun 797 H oleh Barquq, tahun 820 H oleh
Al-Muayyad. Terbakar lagi pada tahun 886 H/1481 M. Penduduk Madinah
kemudian membuat mimbar baru dari batu bata yang dicat kapur dan inipun
kembali diganti oleh Qoyit Bey dengan mimbar dari marmer tahun 888
H/1483 M.
Oleh
Sultan Murad III, mimbar marmer itu dibawa ke Quba dan dikirim kubah
baru tahun 998 H. Mimbar ini sangat bagus dan rapi, terbuat dari marmer
tetapi luarnya dipoles emas dan berbentuk ukiran. Bagian atasnya
berbentuk kubah dengan empat tiang penyangga. Di atas pintunya ada
tulisan ayat Al-Quran yang selalu nampak seperti baru selesai disepuh
emas. Pemerintah Arab Saudi mengecatnya dengan air emas asli. Mimbar ini
diletakkan persis pada posisi Mimbar Rasulullah SAW, sebelah barat
Mihrab Nabi Muhammad SAW. Berjumlah 12 tingkat (tangga), tiga di luar
pintu mimbar dan 9 tingkat berada di dalamnya.
Dalam
kitab Khulashoh Al-Wafa halaman 145 disebutkan ada hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahl Ibn Sa’ad ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda, ‘Mimbarku adalah pintu (tir’ah) dari pintu-pintu surga’. Sahl Ibn Sa’ad menjelaskan bahwa kata tir’ah
artinya pintu, tetapi ada juga yang berpandangan bahwa kata itu artinya
sebuah taman yang berada di tempat yang tinggi, atau berarti sebuah
tingkat.
Dalam
kitab Akhbar Madinah Al-Rasul disebutkan, Mimbar Nabi mempunyai
keutamaan karena disebut dalam sebuah hadits yang terkenal, ‘Antara rumah dan mimbarku adalah roudloh (taman) yang merupakan bagian dari taman surga, dan mimbarku berada di telagaku’.
Tiang
Harum Mukhallaqah adalah tiang yang diletakkan pada 4 batang yang
digunakan Rasulullah SAW berkhutbah sebelum dibuatnya mimbar. Dalam
kitab Al-Wafa bi Ahwal al-Mushthafa Juz I halaman 490 diterangkan, Ibnu
Buraidah menyebutkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW bila berdiri khutbah
dan lama merasa berat, maka dibawalah sebatang korma yang ditancapkan di
sampingnya, sehingga bila beliau berkhutbah dan lama berdiri bisa
bersandar pada batang itu.
KISAH RINTIHAN TANGIS BATANG KURMA
Rintihan
tangis batang kurma adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad
SAW dan tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Banyak riwayat
menceritakan kejadian ini, diantaranya sebuah riwayat dari Ubay bin
Ka’ab, dia berkata, ‘Adalah Rasulullah SAW sholat dekat batang
kurma, sebab dulu masjidnya dekat pelepah kurma, beliau juga berkhutbah
pada batang itu, sampai seorang sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah,
apakah engkau izinkan jika kami buatkan sesuatu untuk berdiri di hari
Jumat, agar orang bisa melihat dan mendengarkan suaramu’, beliau
berkata, ‘ya’, maka dibuatlah mimbar tiga tingkat’.
Setelah
dibuat, mimbar itu diletakkan di tempat berdiri Rasulullah SAW, dan
ketika Rasulullah SAW akan menuju mimbar beliau melewati batang kurma
yang dulu digunakannya berkhutbah. Tatkala dilewati batang itu menjerit
hingga terbelah, saat jeritan itu terdengar, Rasulullah SAW turun dan
mengusapnya dengan tangan hingga tenang, kemudian kembali ke mimbar.
Bila sholat, beliau juga sholat di tempat itu. Ketika Masjid Nabawi
dipugar dan diperbaiki, batang kurma itu diambil oleh Ubay bin Ka’ab dan
disimpan di rumahnya sampai hancur dimakan rayap.
Pada
riwayat Jabir yang disohihkan oleh Imam Bukhari dijelaskan bahwa suara
jeritan itu seperti suara rintihan unta yang sedang hamil 10 bulan.
(3) MIHRAB. Mihrab
atau maharib (jamak) adalah satu cekungan kecil tempat imam memimpin
sholat dan sekaligus berfungsi sebagai pemandu arah kiblat. Secara
harfiyah, mihrab berarti gedung tinggi atau pagar. Di dalam Al-Quran
kata mihrab disebutkan sebanyak lima kali. Empat dalam bentuk tunggal
dan satu dalam bentuk jama’. Kelima kata mihrab (maharib) itu
masing-masing terdapat dalam surat Ali Imran ayat 37 dan 39, surat
Maryam ayat 11, surat Shad ayat 21 dan surat Saba ayat 13. Beberapa ayat
di atas mengisyaratkan bahwa mihrab telah dikenal dalam sejarah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.
Mihrab
Masjid Nabawi dibangun pertama kali pada tanggal 15 Sya’ban tahun 2 H
yaitu setelah Rasulullah SAW menerima perintah dari Allah SWT
memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah Mekah. Kini
Masjid Nabawi memiliki 5 buah mihrab, yaitu :
1. Mihrab
Majidi, terletak di sebelah utara dakkatul Auhowal, suatu tempat agak
tinggi yang memisahkan antara Mihrab Tahajjud dan Mihrab Al-Majidi.
Panjang Mihrab Al-majidi ini 12 meter dengan tinggi 0,5 meter. Pada masa
itu di tempat ini berkumpul para Ahlus-Sufah, satu kelompok muslim yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan hanya berdiam di halaman-halaman
masjid.
2. Mihrab
Nabawi, terletak di sebelah timur mimbar. Mihrab ini mula-mula dipakai
oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu memimpin sholat berjamaah. Mihrab
tersebut merupakan hadiah dari Qait Bey, Mesir.
3. Mihrab
Sulaiman, terletak di sebelah kiri mimbar, dimana bentuk mihrab ini
menyerupai Mihrab Nabawi. Mihrab tersebut dibangun pada tahun 938 H yang
merupakan hadiah dari Sultan bin salim, Turki.
4. Mihrab
Tahajjud, terletak di sebelah utara jendela makam Rasulullah SAW dengan
ukuran bentuk lebih kecil dari Mihrab Nabawi. Pada masa itu di Mihrab
ini Rasulullah SAW sering melakukan sholat tahajud.
5. Mihrab
usmani, terletak di tengah-tengah dinding arah kiblat yang hingga kini
masih dipergunakan untuk imam memimpin sholat berjamaah.
Selain
mempunyai mihrab-mihrab tersebut, Masjid Nabawi juga mempunyai 6 buah
pintu utama.Pintu-pintu tersebut adalah (arah menghadap kiblat) : Pintu
As-Salam, Pintu Ash-Shiddiq dan Pintu Ar-Rahmat di sebelah kanan masjid,
sedang di sebelah kiri masjid terdapat : Pintu An-Nisa, Pintu Jibril,
dan Pintu Baqi’.
KEUTAMAAN SHOLAT DI DALAM MASJID NABAWI
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa
yang sholat di masjidku ini empat puluh sholat dan tidak tertinggal
satu sholat pun (berturut-turut) maka akan bersih (terlepas) dari siksa
neraka, lepas dari azab, dan bersih dari kemunafikan’ (HR Ahmad).
Dari hadits ini kemudian muncul istilah arba’in
yang berarti empat puluh. Setiap jemaah haji berusaha untuk mendapatkan
arba’in di Masjid Nabawi ini. Caranya ialah dengan melakukan sholat
fardhu selama 8 hari berturut-turut tanpa putus.
Para
ulama berbeda pendapat tentang kekuatan hadits arba’in ini.
Al-Mundziri, seorang ahli hadits mengatakan bahwa perawi hadits di atas
semuanya adalah tsiqot (shohih). Ibnu Hajar berpendapat bahwa salah
seorang perawi hadits yang bernama Nabith bin Umar diragukan
ketsiqotannya oleh sebagian ahli hadits.
Sholat 40 waktu (arba’in) di Masjid Nabawi di atas dapat pula dikaitkan dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa, ‘Siapa
yang sholat berjamaah (dengan ikhlas karena Allah SWT) selama 40 hari
berturut-turut sejak takbiratul ihram yang pertama, maka dia akan lepas
dari kemunafikan’ (Hadits Hasan).
Hadits
di atas menjelaskan keutamaan sholat berjamaah pada selain Masjid
Nabawi. Kalau di Masjid Nabawi diperlukan 40 waktu, sedang di luar
Masjid Nabawi diperlukan 40 hari agar terlepas dari azab Allah SWT.
Disamping itu, adanya kesamaan jumlah 40 dalam dua hadits tersebut yang
kemungkinan diharapkan dari jumlah itu akan membentuk kebiasaan untuk
melaksanakan sholat berjamaah.